Breaking News

Time For Raising New Empire


Dalam beberapa artikel sebelumnya, penulis telah membuat semacam analisa berdasar premis premis minor kondisi geo-politik dan sosio-politik dunia.(Silahkan baca artikel penulis sejak tahun 2012 hingga 2024)

Tersirat pergeseran peta kekuatan dunia mulai bertransformasi bahkan bercampur aduk, antara semua kekuatan sosial politik dunia, yang mencoba mencari *positioning utama* dalam keberlanjutan kepemimpinan dunia.

Dulu dengan mudah kita membaca, ada kubu Barat (AS dan Sekutu/ Kapitalis) dan Kubu Timur (Uni Sovyet dan Komunis), sekarang agak sulit membaca peta politik dunia yang banyak tarik menarik antara kekuatan politik dunia...mungkin itulah sebabnya, mengapa disebut dengan *Asimetric War*

*Mengapa terjadi senggol bacok antara kekuatan kekuatan sospol dunia saat ini?*

Jawaban nya, paling tidak kita bisa memprediksi dengan cara merujuk buku buku dari *Francis Fukuyama* , atau *Samuel P Huntington* (Benturan Peradaban), lalu buku lama yang ditulis *William G.Carr*  mantan Intelijen Inggris (Yahudi menggengam Dunia), yang mengutip prediksi Kanselir Jerman *Oto Von Bismarck* tentang Imponderabilia (Penjajahan modern, yang sangat halus, terasa menjajah, tapi tidak berperang)

Juga buku Confession of an economic's hit man, Karya Intelijen Amerika, *John Perkins* , (tentang merusak ekonomi suatu negara dengan cara pinjaman utang), bahkan merujuk pula statement politisi lokal Indonesia seperti Jendral Purna *Prabowo Subianto* yang sempat mengomentri buku *Ghost Fleet* yang isinya menceritakan tatanan dunia baru, dimana Republik Indonesia sudah tidak ada lagi, akibat tergerus geo politik Internasional

Juga pernyataan Jendral Purna *Gatot Nurmantyo* tahun 2016 di TV One, tentang ancaman terhadap Indonesia akibat perebutan sumber daya alam dan makanan, serta migrasi penduduk ke daerah equator yang kaya akan sumber daya alam nya (Indonesia) yang bisa menjadi ancaman perang di masa mendatang.

Dari referensi-referensi itu di tambah fakta bahwa, setelah era Perang Dingin usai, ternyata perebutan posisi menjadi *Empire pemimpin dunia* , menjadi sangat nyata, karena Amerika dan aliansi Barat mereka (NATO) bukanlah lagi menjadi satu satunya negara Super Power Dunia.

Ada China yang semakin maju Ekonomi Politik nya (Tahun 2016 PDB China 11juta USD dan AS 18juta USD, trend PDB China terus naik, di sisi lain,  AS stagnan), yang secara perlahan tapi pasti menggengam dunia lewat Jalur Sutra nya membentang dari China, melintasi Srilanka,Asia Barat dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan berani menantang digdaya militer Amerika di Laut China Selatan, khususnya di laut Taiwan dan pada praktek nya Litoral Combat Ship mereka, baik jenis Fregate, maupun Cruiser Ship mereka seringkali bersinggungan dengan BAKAMLA dan TNI AL, karena masuk batas wilayah Natuna Utara.

Lalu ada digdaya Russia di Ukraine yang tidak bisa di pukul mundur oleh NATO dan Amerika, akibat ketergantungan Eropa Barat akan Gas dan Minyak Russia, apalagi Russia kini di dukung banyak negara Afrika, akibat operasi intelijen senyap tentara bayaran mereka, yakni *Wagner* yang membantu pejuang banyak negara Afrika untuk bebas dari rezim Pro Prancis dan Inggris.

Di Amerika Latin pun demikian, digdaya Amerika mulai tergerus, tergantikan oleh Russia dan China yang lebih cooperative dalam bidang perdagangan dengan negara Amerika latin.

Di tambah lagi BRICS kini semakin nyata memukul USD di dunia, terbukti dengan beraninya Pangeran Muhammad bin Salman yang tidak mau meneruskan perjanjian *Petro Dollar* dengan Amerika, perjanjian licik Amerika yang mengikat leher Arab Saudi sejak 50 tahun lalu, yang mengharuskan Saudi Arabia menjual minyak ke Amerika dengan bayaran SUN (Surat Utang Negara) Amerika dengan currency USD, membuat USD seolah pembayaran sah dunia untuk jual beli minyak.

Raja *Faisal Rahimahullah* , 50 tahun lalu terpaksa menanda tangani perjanjian Petro Dollar itu karena Saudi Arabia di tekan secara masif dengan isu keamanan regional yang kurang kondusif saat itu, yang sangat rawan kudeta...seolah Amerika bertingkah sebagai polisi dunia, yang mengamankan Timur Tengah, khususnya Saudi Arabia, padahal Amerika sendiri yang menciptakan Israel sebagai duri dalam daging perdamaian di Timur Tengah.

Dari fakta dan data itu, kembali penulis teringat akan tulisan seorang Diplomat, ex Duta Besar Polandia dan juga seorang politisi Haz Pohan, yang menyatakan perubahan PAX (Empire atau kedigdayaan suatu negara atau bangsa dimana suatu Era Superiotitas Power negara bisa menjadi pemimpin dunia) *selalu di tandai dengan perang besar atau Perang Dunia.*

Peralihan Pax Netherlands di awal abad 17-18 yang menguasai dunia dengan Kongsi Dagang nya, VOC hancur setelah *Napoleon Bonaparte* (Perancis) berhasil menjajah Belanda (Dalam satu tulisan penulis, ditemukan fakta bahwa secara tidak langsung kekalahan Belanda ini akibat Perlawanan gigih *Pangeran Diponegoro* 1825-1830 yang membuat bangkrut Belanda, dan melepaskan Denmark dari penjajahan Belanda) Lalu kemudian Pax Netherland beralih ke Pax Britanica (Inggris) di awal abad 19 dan 20.

Lalu pada PD1 dan PD2, digdaya Pax Britanica beralih ke Pax Americana, dimana Inggris dan negara Eropa bangkrut akibat perang dan berutang pada Amerika, sehingga membuat USD menjadi patokan currency dunia, yang sebelumnya di pegang oleh Poundsterling Inggris (Disinyalir ada elit Global yang merekyasa PD1 dan PD2)

Akan tetapi, kini tanda tanda Pax Americana akan jatuh semakin nyata, dimana mana *De dolarisasi* terjadi, membuat The FED semakin *"liar"* menaikan suku bunga untuk menarik investor di Bank bank Amerika, yang berakibat terpukulnya puluhan negara pengekor Amerika, dalam hal currency, termasuk Indonesia.

Bukti nya?
Tanpa daya, Rupiah keok di angka Rp.16.300 bahkan lebih vs 1USD.

Pejabat Indonesia berupaya menutupi hal tersebut dengan kalang kabut, karena biasa nya saat USD naik, Indonesia tertolong oleh komoditi export Minyak, Sawit,Nikel dan Batu Bara

Sekarang kita tahu, komoditi tersebut *di serang UNI Europe* dengan kebijakan *Deforestasi* di mana bukti nyata Deforestasi Uni Europe itu secara langsung memukul industri Karet Indonesia, karena cara pengambilan karet dari hutan karet di Indonesia dianggap kriminal terhadap Lingkungan, akibat teknologi Industrialisasi nya masih babat hutan tanpa konsep lingkungan terpadu.

Ada lagi kebijakan asing yang menyedot Nikel dengan ugal ugalan (China) dari Indonesia sebagai pemilik tambang Nikel terbesar dunia, di jual murah (34USD) pada China di bawah harga pasar dunia sebesar 80USD dan lucunya pejabat kita pun terkesan ikut bermain di situ, dan merasa bangga telah melakukan hilirisasi.

Demikian juga dengan Sawit, keberadaan Minyak Sawit di tarik ulur oleh spekulan dalam negri karena larangan export pemerintah membuat produsen merasa rugi jika jual murah di dalam negri, untuk itu mereka tahan stok minyak di gudang mereka... Pemerintah seolah tidak berdaya, mereka butuh Export untuk naikan daya tawar terhadap USD, tapi ketika Export di stop, pemerintah kalah oleh para spekulan yang hanya memikirkan perut mereka sendiri.

Singkat cerita, *skenario penolong currency Rupiah vs USD*  dari komoditi tersebut, kini banyak masalah, membuat Rupiah makin lemah dan limbung.

Situasi ini yang rawan di manfaatkan intelijen asing, khusus nya Amerika dan China yang berseteru di seputaran LCS (Laut China Selatan) 

Sedikit saja letupan di Indonesia, akan di manfaatkan oleh mereka untuk menggerakkan pasukan mereka dengan alasan melindungi aset negara mereka di luar negri.

Kadang, penulis heran dan merasa kecewa dengan pemangku kebijakan pemerintahan Indonesia, harusnya kita bisa memanfaatkan posisi strategis geo politik kita, namun nyatanya, *Politik Bebas Aktif* Indonesia, kini malah berkesan mancla mencle, nteu kaditu, nteu kadie saur urang Sunda mah.

Harus nya Indonesia yang bisa mendikte Uni Eroupe akan kebutuhan karet mereka, harus nya sejak lama, industrialisasi karet Indonesia itu di bangun dengan metode modern seperti di Vietnam atau Thailand, kini Uni Europe beralih ke Vietnam dan Thailand, karena Indonesia tidak memenuhi UU Deforestasi Uni Europe. 

Demikian juga dengan Sawit,Nikel, Batubara dan komoditi lainnya, harusnya hukum ekonomi berkata, kita yang punya barang, harusnya bisa memonopoli atau mendikte pembeli, karena mereka butuh barang kita, dan kita adalah pemasok terbesar di dunia.

How come?
Itulah negeri Konoha...pejabat nya hebat hebat.

Tapi arah tulisan ini sesungguhnya bukan pada pejabat yang hebat hebat itu, namun penulis tanpa bermaksud melampaui, atau melebihi keyakinan saudara-saudara dari Intelektual Muslim Indonesia tentang Khalifah Islam akan tegak di muka bumi, di penghujung usia dunia, namun penulis menilai, gejala dan arah serta semua premis-premis minor kondisi Sosio politik dunia memang mengarah ke sana.

Disaat saat peralihan Pax Americana yang sepertinya akan di kalahkan aliansi Russia dan China (katakan lah BRICS dan negara negara anti Barat), secara alamiah kebangkitan Islam terlihat di mana mana.

Lihatlah momentum perang Palestine vs Israel yang semakin menunjukan keperkasaan Palestine yang secara teoritis lebih lemah di banding Israel, namun nyatanya Para Mujahid Palestine tidak pernah tunduk pada genosida Israel.

Justru saat ini di PBB, di dunia manapun Israel dikutuk dunia...apalagi, jika Joe Biden mundur dari presiden dan pilpres di Amerika akhir tahun 2024 ini, akan semakin menunjukan jatuhnya Pax Americana.

Eropa bukan lagi menjadi Negara yang umat Islam nya tidak diperhitungkan, apalagi di Amerika, pertumbuhan mualaf di sana, menjadi *antitesa* atau jawaban dari keruwetan hidup masyarakat Amerika sendiri yang mulai jenuh dengan hidup di bawah politik Demokrasi Kapitalisme dan Liberalisme, karena terbukti 50 tahun setelah Amerika dan Eropa menang atas Uni Sovyet dalam perang dingin, ternyata Ideologi yang mereka usung tidak menjadi stigma kemakmuran rakyat nya sendiri.

Anda lihat saja di Kesington Ave, Philadelphia, Amerika Serikat, sejak rilis film Rocky Balboa ke 1 tahun 1980 an hingga kini, citra kumuh, miskin bahkan narkoba masih saja melekat di wilayah tersebut.

50 tahun berlalu, apakah Demokrasi Liberal dan Kapitalisme tidak melihat kemiskinan mereka? Justru ideologi itu yang membuat jurang antara kaya dan miskin makin lebar.

Sementara kita melihat 50 tahun setelah Demokrasi Kapitalis dan Liberalis menang dalam perang dingin, ternyata juga ideologi tersebut tidak memiliki bukti, yang mampu mensejahterakan umat manusia, di sisi lain setelah Komunisme kalah 50 tahun lalu, ideologi Komunis tersebut sudah usang dan jadi sampah bagi dunia, lalu apa Ideologi alternatifnya?

*Di sinilah titik, penulis sepakat akan analisa Kebangkitan Islam.*

Sebuah Life Style dan Ideologi yang semakin banyak pengikutnya di dunia adalah Islam.

Harusnya, menurut penulis, para ulama dunia bisa merumuskan suatu ide untuk melihat kondisi dunia saat ini yang memungkinkan hidup nya kembali Khalifah di muka bumi ini.

Bukan berarti penulis adalah bagian dari organisasi Islam namun secara obyektif penulis melihat kemungkinan kebangkitan Islam (Red: Khalifah Islam) memiliki dasar yang cukup meyakinkan, premis-premis minor menunjukan premis mayor *Kebangkitan Islam Dunia*

Apakah mungkin ulama dunia bersatu merumuskan konsep *Pax Islamica?*
Saat ini Russia dan China berpeluang untuk mengambil kepemimpinan politik dunia dari Amerika dan Barat...dan demikian pula bagi Islam, peluang itu pun terbuka lebar...akankah hal itu terjadi?


Wallahu ' alam bisawab

Catatan Sjamsoel Ridzal 14/07/2024
Redaksi 17/02/2025
© Copyright 2022 - INTERNATIONALEDITORIAL.COM