Breaking News

Mythomania atau Konspirasi ? Maka Negara Tidak Boleh Tercatat Dalam Sejarah Kalah Dalam Konspirasi


Dari situs Alodokter, yang artikelnya diperbaharui oleh dr.Gracia Fensynthia, tanggal 23 Maret 2025, penulis mengutip beberapa alinea dari artikel tersebut sebagai berikut;

*Mythomania* adalah kebiasaan berbohong yang sudah tidak wajar. Bedanya dengan bohong biasa, orang dengan mythomania tidak bisa mengendalikan keinginannya untuk berbohong, bahkan tanpa alasan yang jelas. 

Kebohongan biasa dilandasi alasan yang masih masuk akal dan sengaja dilakukan untuk menipu atau mengelabui orang lain, misalnya menutupi kelakuan buruk atau menghindari masalah. Namun, tidak dengan mythomania.

Pada mythomania, seseorang kerap cerita berlebihan, misalnya seolah menjadi korban atau penolong dalam situasi kompleks yang diciptakannya sendiri. Kebiasaannya ini dilakukan tanpa alasan apa pun dan sering kali tidak diiringi kekhawatiran bahwa ia akan ketahuan berbohong. 

*Perlu diketahui, mythomania disebut juga dengan pembohong patologis (pathological liar) dan tidak termasuk dalam penyakit kejiwaan.*

Terakhir diperbarui: 23 Maret 2025
Ditinjau oleh : dr. Gracia Fensynthia
https://www.alodokter.com/mythomania-keinginan-berbohong-yang-sulit-dikendalikan

Dari artikel tersebut, jika dikaitkan dengan Podcast Sentana, tertanggal 28 April 2025, dimana Host Podcast, Michael, telah menghadirkan DR.dr.Tifa dan DR.Roy Suryo, beserta Bung Janes salah seorang wartawan senior pengulas kasus kriminal, terdapat dialog tentang *Mythomania* tersebut, yang dikaitkan dengan persoalan ijazah Joko Widodo yang diduga kuat palsu oleh sebagian rakyat Indonesia, yang kini di gugat TPUA (Tim Pembela Ulama dan Aktivis) ke Bareskrim Polri.

DR.dr.Tifa mengungkapkan, bahwa manusia itu memiliki konsistensi dalam bersikap, berucap dan berinteraksi sosial, hal tersebut mencirikan sifat dominan seseorang.

Jadi misalnya, jika kita mengenal orang yang jujur, maka akan terlihat konsistensi kejujuran orang itu di semua sendi kehidupan nya, baik ucapan maupun perbuatannya.

Demikian pula dengan seorang pelaku *Mythomania* pun akan konsisten melakukan kebohongan nya di semua sendi kehidupan nya.

Sebagaimana kita kenal sebuah Fabel, tentang seorang penggembala yang suka berbohong, namun pada saat dia justru tidak berbohong dengan adanya Serigala yang memangsa kambing nya, masyarakat banyak terlanjur tidak percaya.

Mantan Presiden Republik Indonesia ke 7, Joko Widodo (Maaf penulis agak sedikit bingung apakah gelarnya Drs atau Ir, karena saat walikota tertulis di mana mana sebagai Drs, namun saat jadi presiden menjadi Ir) di sinyalir konsisten dalam melakukan kebohongan nya selama ini yang terlihat di media mainstream ataupun media sosial yang di ungkap oleh DR.dr.Tifa dan DR.Roy Suryo dalam podcast Sentana tersebut.

Misalnya bohong tentang sudah ada 6000 pemesan mobil Esemka, bahwa sudah ada puluhan investor asing di IKN, juga tentang ada uang 11.000 Triliun di saku nya, yang kini jadi guyonan DR.Rismon Sianipar yang mengatakan skripsi Joko Widodo adalah: 11.000 Triliun persen palsu, beliau mengatakan itu sebagai *Hyperbolis* karena DR.Rismon telah mengadakan uji Digital forensik terhadap lembar pengesahan skripsi Jokowi, yang beliau nyatakan janggal karena saat skripsi Jokowi di buat tahun 1985, belum ada Teknologi Microsoft yang memiliki font huruf Times New Roman, yang sebetulnya baru release di komputer tahun 1992.

Sebenarnya banyak sekali analisa DR.Rismon tentang kemungkinan besar skripsi Jokowi itu palsu, jika skripsi nya palsu, besar kemungkinan ijazah nya pun palsu.

Sebagaimana diketahui, bahwa pemberitaan tentang UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta, yang tanggal 15 April 2025 lalu di datangi oleh DR.Rismon, DR.Roy Suryo dan DR.dr.Tifa sebagai alumni UGM, yang secara spontan di bersamai oleh ratusan masyarakat dari berbagai kalangan dan berbagai kota, menjadi viral karena mempertanyakan kepada UGM tentang ijazah maupun skripsi Jokowi, adalah asli atau palsu.

Ternyata dari pertemuan singkat 3 pakar tersebut (DR.Rismon pakar Digital Forensik, DR.Roy Suryo pakar Telematika dan behavior manusia dan DR.dr.Tifa pakar anatomy dan neurologi) di dapat fakta bahwa UGM berkesan membelokan hasil pertemuan dengan 3 pakar tersebut, dan bahkan dalam konferensi pers nya, UGM (Wakil Rektor dan jajarannya) telah berbohong kepada media (Tercatat dalam Metrotvnews.com tanggal 15 April 2025, poin 3 pernyataan resmi UGM, menyatakan semua bukti Akademik Ditunjukkan Secara Lengkap)

https://www.metrotvnews.com/read/NQACY27g-ugm-pastikan-jokowi-lulus-5-november-1985-ini-5-fakta-klarifikasi-ijazah

Padahal menurut DR.Roy Suryo dan DR.Rismon, dalam video yang di buat oleh UGM selama pertemuan, tidak ada sama sekali bukti Akademik yang di berikan pada ketiga pakar, bahkan skripsi yang katanya milik Jokowi pun baru di hadirkan setelah diminta.

Dan pihak UGM berjanji memberikan video pertemuan itu secara utuh tanpa di edit pada DR.Rismon melalui e-mail nya, akan tetapi, hingga tulisan ini di buat, sama sekali UGM tidak memberikan Video lengkap tersebut pada DR.Rismon, alias dusta atau bohong dan tidak berkomitmen akan janjinya sendiri.

Dari berbagai peristiwa tentang kasus ijazah Joko Widodo ini, bermunculan bukti bukti  kebohongan yang ada dalam jejak digital, atau di lakukan oleh institusi besar seperti yang di ulas diatas

Kini dari Kelompok Pemuda  telah melakukan pelaporan pada ketiga pakar tersebut, di tambah wakil ketua TPUA, M.Rizal Fadillah,SH yang menggunakan pasal penghasutan, terasa agak jauh dengan kesesuaian pasal penghasutan yang harusnya di ikuti perbuatan kriminal, akibat sebuah hasutan.

Pada faktanya tidak ada bukti materil apapun tentang perbuatan kriminal akibat para Aktivis hukum dan pakar science tersebut membongkar kepalsuan atau kejanggalan skripsi maupun ijazah Jokowi.

Ini membuat sebuah spekulasi di masyarakat akan adanya upaya menutupi kebohongan yang ada dengan peristiwa hukum yang kurang tepat penetapan pasalnya.

Apakah ini sebuah *Mythomania* masal dari pendukung Jokowi atau sebuah konspirasi?

Menurut hemat penulis, masalah ijazah palsu atau asli milik Joko Widodo ini perlu di sikapi dengan elegan oleh Joko Widodo sendiri, yaitu dengan menunjukan ijazah yang ada pada dirinya, tanpa membiarkan masalah menjadi berlarut larut.

Atau kalaupun mau menggunakan pengacara, para pengacara itu bisa menjadi fasilitator pengadaan pertemuan ilmiah yang di hadiri para ahli dari dua belah pihak.

Jadi harusnya ada pembahasan ilmiah dari DR.Rismon, DR.Roy Suryo dan DR.dr.Tifa melawan ahli dari Joko Widodo sendiri, justru jika itu dilakukan bisa menjadi pendidikan politik maupun science bagi masyarakat luas.

Jangan seperti sekarang, seolah menutupi kemungkinan berbohongnya Joko Widodo dengan kebohongan UGM dan pembelokan kasus menjadi kasus penghasutan, yang berkesan jauh panggang dari api.
Hal ini justru semakin membuat dugaan konspirasi menjadi kuat bagi masyarakat yang melihatnya.

Semoga saja Pak Presiden Prabowo Subianto, bisa segera menurunkan Mentri nya, semisal Mentri Pendidikan, Mentri Kominfo menjadi fasilitator dialog science atau ilmiah yang dilakukan secara terbuka bagi masyarakat luas, untuk segera menyelesaikan polemik ijazah Joko Widodo ini.

Mudah mudahan kalaupun terjadi konspirasi, hanyalah motif uang dan bukan motif ideologi, yaitu ideologi yang menghalalkan segala cara, termasuk dusta atau membenarkan Mythomania

Bahaya juga jika ideologi tersebut adalah ideologi yang terlarang.


Wallahu'alam bisawab

27 April 2025
Sjamsoel Ridzal
© Copyright 2022 - INTERNATIONALEDITORIAL.COM