*Pendahuluan*
Arab Saudi adalah salah satu negara kunci yang memegang peranan sangat penting dalam percaturan politik dunia.
Betapa tidak, Arab Saudi adalah negara dimana dua kota suci umat Islam berada, yaitu Mekah dan Madinah
Selain itu pula, Arab Saudi menjadi pusat dan rujukan utama dakwah Islam Ahlu Sunnah Wal Jamaah di seluruh dunia.
Untuk itu, kondisi negara tersebut, baik situasi politik, ekonomi maupun sejarah negaranya, menjadi sorotan umat Islam dunia.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba mengangkat situasi politik yang saat ini terjadi di Arab Saudi, sehingga kita umat Islam di Indonesia, bisa memahami situasi terkini Kerajaan Arab Saudi.
*Bab 1, Silsilah Pangeran Arab Saudi*
Banyak orang mengatakan bahwa di bawah kepemimpinan Raja Abdul Azis ( King Abdul Azis) Arab Saudi mulai menunjukan modernisasi negara nya, jadi penulis mencoba menelusuri Kerajaan Arab Saudi mulai dari kepemimpinan beliau saja, guna memfokuskan analisa berbasis sejarah Arab Saudi Modern.
Nama lengkap beliau adalah Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Saud
Beliau adalah Raja Arab Saudi yang pertama.
Dia juga dikenali dengan berbagai nama, di antaranya Ibnu Saud. Ia berasal dari Keluarga Kerajaan Saudi yang memerintah sebagian dari Jazirah Arab. Reff: Wikipedia
Beliau lahir: 15 Januari 1875, Riyadh, Arab Saudi dan wafat : 9 November 1953, Ta'if, Arab Saudi
Beliau mencanangkan bahwa yang berhak jadi raja setelah beliau, adalah keturunan beliau dari 4 orang istri saja, selain itu dilarang keras jadi raja menurut undang undang yang telah beliau tetapkan.
Untuk itu di tetapkanlah 9 orang Pangeran putra King Abdul Azis dari 4 orang istri sebagai berikut, yang berhak nantinya menjadi raja sepeninggal beliau:
1. Pangeran Faisal
2. Pangeran Khalid
3. Pangeran Fahd
4. Pangeran Abdullah
5. Pangeran Sulthon
6. Pangeran Nayeb
7. Pangeran Salman
8. Pangeran Tholal
9. Pangeran Mukrin
*Bab 3, Kisah 9 Pangeran Arab Saudi*
Mari kita telusuri kisah ke 9 Pangeran tersebut di atas, yang telah di tetapkan secara berurutan oleh Raja Abdul Azis, sebagai pengganti raja.
1. Pangeran Faisal kelahiran tahun 1906, setelah beliau menggantikan ayahnya yaitu Raja Abdul Azis, pada 25 Maret 1975 beliau wafat di tembak salah satu keponakannya yang baru pulang dari Amerika.
Raja Faisal ini terkenal sholeh dan berani mendukung perjuangan Palestine merdeka dari Israel, serta berani meng embargo/ boykot Amerika Serikat.
Menurut rumor politik tahun tersebut, ponakan yang menembaknya telah menjadi agen intelijen negara asing.
2. Pangeran Khalid menggantikan Pangeran Faisal menjadi Raja Arab Saudi, namun tidak terlalu banyak kisahnya tentang beliau
3. Pangeran Fahd, menjadi Raja Fahd al Saudi Arabia, beliau wafat tahun 2004 dan juga tidak terlalu banyak kisah tentang beliau.
4. Pangeran Abdullah, menggantikan Raja Fahd, lalu di tahun 2008 beliau telah di vonis oleh banyak dokter dari seluruh dunia, bahwa hidupnya tidak akan lama, karena begitu banyak organ dalam tubuhnya yang di transplantasi.
Beliau di masa sebelum meninggal, membai'at 3 orang Pangeran calon penggantinya, yaitu: Pangeran Sulthon, Pangeran Nayeb, Pangeran Salman dengan rencana urutan seperti di atas.
Namun sebelum wafat, beliau juga pernah berinisiatif memasukan nama putra kandungnya yaitu Pangeran Mithab bin Abdullah untuk di bai'at menjadi calon penggantinya, namun apa daya sebelum di sahkan, Raja Abdullah telah mengalami koma.
5. Seharusnya setelah Raja Abdullah wafat, di gantikan oleh Pangeran Sulthon yang telah di bai'at Raja Abdullah, namun sebelum Raja Abdullah wafat, Pangeran Sulthon sudah wafat terlebih dahulu di tahun 2011( Raja Abdullah koma hingga wafat tahun 2015)
6. Demikian pula dengan Pangeran Nayeb yang telah di bai'at oleh Raja Abdullah, keburu wafat di tahun 2012, sebelum Raja Abdullah wafat.
7. Maka singkat cerita,di angkatlah Pangeran Salman menjadi Raja Arab Saudi di bulan Maret 2015, setelah Raja Abdullah wafat.
Raja Salman adalah raja yang sholeh, beliau hafal 30 juzz Al Quran, dan tidak pernah lalai sholat berjamaah, dan beliau pula menjunjung tinggi Sunnah Rasulullah.
8. Sesaat setelah Raja Salman menjadi Raja Arab Saudi, beliau memecat Pangeran Tholal dari silsilah kerajaan, dan mencabut haknya menjadi calon raja, karena Pangeran Tholal ini gemar berbuat di luar ketentuan syariat Islam.
Pangeran Tholal ini memiliki putra, Walid bin Tholal, orang terkaya no.48 di dunia menurut majalah Forbes.
9. Pangeran Mukrin, di bulan Maret 2018, telah di cabut hak nya menjadi calon raja oleh Raja Salman, meski Pangeran Mukrin, tetap di akui sebagai anggota kerajaan Arab Saudi.
Kedua Pangeran yang di cabut hak nya sebagai calon Raja oleh Raja Salman, kelak akan menggalang kekuatan untuk merebut kekuasaan, karena mereka di dukung oleh putranya pangeran Tholal, yaitu Walid bin Tholal, orang yang sangat kaya raya.
*Bab 4, Bai'at Raja Salman pada keponakan nya dan putra kandungnya*
Pada 21 Juni 2017 , Raja Salman membai'at keponakan nya dari Pangeran Nayeb, yaitu Mohammad bin Nayeb menjadi kandidat pertama calon raja, jika beliau wafat.
Lalu di saat yang bersamaan pula Raja Salman membai'at putranya sendiri, Mohammad bin Salman sebagai kandidat ke 2, jika Mohamad bin Nayeb wafat.
Namun, di sinilah menurut para pengamat dunia Islam, khususnya politik kerajaan Arab Saudi, telah terjadi kesalahan fatal.
Mengapa?
Karena Mohammad bin Salman ( lulusan Amerika Serikat), putra kandung Raja Salman itu bukanlah Pangeran yang santun, dia terkenal ambisius dan tidak segan mendepak orang yang dia benci.
Saat di bai'at oleh Raja Salman, Mohammad bin Salman, usia nya sekitar 29 tahun, dan kelak di usia 32 tahun ( tahun 2018) dia akan tunjukan ambisi dan arogansinya, bahkan kepada ayahnya sendiri, yakni Raja Salman yang membuat seolah Raja Salman tidak bisa memutuskan segala sesuatu, selain pertimbangan Mohammad bin Salman anak nya sendiri.
*Bab 5, Benih bencana di Arab Saudi*
Di tahun 2018, Mohammad bin Salman, putra dari Raja Salman, telah mendesak ayahnya sendiri untuk menyerahkan kekuasaan Kerajaan Arab Saudi pada dirinya.
Namun akhirnya Mohammad bin Salman menjadi Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Arab Saudi.
Dia juga Ketua Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan.
Di tahun itu pula, dia mencabut hak Mohammad bin Nayeb ( urutan 1 kandidat raja yang di bai'at Raja Salman), dan me nangkapnya dengan tuduhan korupsi.
Mohammad bin Salman sendiri yang memimpin badan anti Korupsi ( Semacam KPK di Indonesia), yang pelaksanaan nya di lakukan represif.
Lalu, dia pula yang meng embargo Negara Qatar, dan memusuhi kelompok Ikhwanul Muslimin, yang sebelum nya di rangkul oleh Raja Salman, dia pulalah yang mendukung kebijakan kebijakan Presiden Amerika, termasuk kebijakan Trump yang merugikan rakyat Palestine.
Dari tahun 2018 hingga 2020, telah banyak da'i atau ulama Arab Saudi yang dia tangkap, karena di tuduh berontak padanya.
Jika anda mengunjungi pantai di Saudi, anda melihat perempuan Arab pakai bikini, atau melihat bioskop dan pagelaran musik, ini semua adalah buah kebijakan Mohammad bin Salman.
Di saat Mohammad bin Salman ini menjadi wakil perdana mentri, putra dari Pangeran Mukrim ( Pangeran ke 9), yaitu Mansur bin Mukrim di duga telah tewas di ledakan di helikopter.
Hanya selang 24 jam, putra Pangeran Fahd ( Pangeran ke 3) yaitu Abdul Azis bin Fahd yang terkenal sholeh, telah tewas di tembak orang yang tidak di kenal.
Selanjutnya, ada rumor bahwa 11 putra mahkota yang di tangkap, telah di pukuli dalam penjara, 4 mentri Arab Saudi pun di pecat dan di tangkap, bahkan banyak bekas mentri yang juga di jebloskan ke penjara.
Kondisi represif ini, di perparah dendam 2 orang pangeran, yaitu Pangeran Tholal dan Pangeran Mukrim, yang telah di cabut haknya jadi kandidat raja jika Raja Salman wafat.
Bahkan Walid bin Tholal (Putra Pangeran Tholal), orang no. 48 terkaya dunia pun telah di tangkap.
Ini bagaikan api dalam sekam, karena 2 kekuatan Pangeran tadi tinggal menunggu Raja Salman wafat, dan mereka akan menuntut hak jadi raja pengganti, sementara Mohammad bin Salman saat ini di anggap oleh mereka telah berbuat sewenang wenang.
*Bab 6, Penutup*
Saya jadi teringat akan tulisan saya terdahulu, yang pernah mengutip tulisan DR.Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang *eratic leader*, di mana faktor pemimpin negara di dunia bisa menjadikan instabilitas politik dunia.
Menurut kamus Bahasa Inggris, *eratic* adalah:
*er·rat·ic*
not even or regular in pattern or movement; unpredictable.
*Sinonim:*
unpredictable, temperamental, inconsistent, impulsive, labile, moody
Berdasarkan definisi tersebut, kata *Eratic Leader* memiliki makna: Pemimpin Yang Tidak bisa di prediksi ( konotasi nya cukup negatif, menimbang sinonim yang ada dalam kamus bahasa Inggris tersebut, seperti: Labil, Impulsif, Tidak konsisten, temperamental, dan moody, cukup memiliki makna yang kurang baik atau negatif.
Istilah ini, yang di gunakan oleh mantan Presiden Republik Indonesia ke 6, DR.Susilo Bambang Yudhoyono dalam tulisan nya yang berjudul: *"Perang Besar Bisa Terjadi Karena Miskalkulasi, Pemimpin Yang Eratik dan Nasionalisme Yang Ekstrim"*
Apa yang mendasari SBY menulis hal itu, sebagai sikap salah satu tokoh pemimpin bangsa, yang banyak mengikuti dan memperhatikan situasi politik dunia akhir akhir ini, bagi penulis perlu kita cermati.
Sebagaimana pernah di ulas oleh DR. Syahganda Naingolan (Alumni T. Geodesi & Geomatika - ITB dan S2-Studi Pembangunan ITB) di Republika , Tulisan SBY ini berlatar belakang tentang pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani , dalam serangan drone oleh Amerika Serikat di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak, 3 Januari 2020. Reff: https://www.google.com/amp/s/mobile.reuters.com/article/amp/idUSKBN1Z829L
Sebagaimana kita ketahui bahwa *Jendral Qassem Soleimani* adalah jenderal penting di Iran, yang memimpin pasukan elit Iran, yaitu pasukan *Al Quds*
Sejauh ini, Pemerintah Iran marah besar dan berencana akan membalas dendam kepada Amerika Serikat
Reff: https://m.mediaindonesia.com/read/detail/281289-kenapa-as-akhirnya-membunuh-jenderal-top-iran-qassem-soleimani
Ulasan DR.Syahganda Naingolan terhadap tulisan SBY ini yang menarik bagi penulis, karena di situ di ungkapkan bahwa Paska pembunuhan Jenderal Qassem, geopolitik Timur Tengah kembali memanas.
Persoalan Iran di Timur Tengah begitu luas meliputi kawan maupun musuh yang selama ini terlibat konflik, termasuk *Rusia, Turki, Israel, Suriah, Saudi Arabia, Libya, Mesir, Qatar, Afghanistan, Yaman dan NATO*
Jika negara-negara ini kemudian terlibat perang, maka skala perangnya bisa menjadi perang dunia.
Akankah, perilaku Mohammad bin Salman saat ini, termasuk kepada yang di maksudkan oleh SBY dalam tulisannya?
Usia Raja Salman yang kini 85 tahun, usia yang cukup rentan dalam memimpin sebuah negara, pengamat politik dunia menilai, situasi ini bagaikan telur di ujung tanduk...suatu situasi yang tiap saat bisa saja menjadi gaduh jika Raja Salman wafat.
Redaksi 16/02/2025
Wallahu'alam bisawab
Catatan Sjamsoel Ridzal 26 Januari 2021
Dari berbagai sumber
Social Header