Breaking News

QUO VADIS INDONESIA ?


Sekitar 40 negara di dunia, di tahun 2024 ini akan menghadapi Pilpres. Itu artinya, sekitar 47% negara, di dunia akan menghadapi transisi politik, yang bisa di artikan;  perputaran kekuatan ekonomi (Dalam hal ini PDB) sedang di pertaruhkan dalam pertarungan politik.

Amerika di tahun 2024 ini akan menghadapi Pilpres. Joe Biden kemungkinan besar akan kembali ikut kontestasi Pilpres, dan Donald Trump pun di pastikan akan menjadi penantang yang sangat kuat, jika dia bisa lolos dari jerat penjara yang sangat berbau politis.(Parlemen negara bagian Amerika, kini banyak di kuasai oleh Partai Republik, pimpinan Donald Trump)

Haluan politik Biden dan Trump pasti berbeda, kita tahu dalam sepak terjang Partai Demokrat (Biden), dari sejarah panjang partai tersebut, lebih banyak terlibat perang di luar negri, dengan isu HAM dan Petro dollar issue.

Sedangkan Partai Republik (Trump) akan cenderung memproteksi kemakmuran dalam negri nya, dengan menghalau imigran, *Make America Great Again* akan selalu jadi slogan Trump, dan Trump lebih radikal dalam mendukung Israel, sebagai contoh: Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, cenderung isu rasis akan lebih mencuat, sebagaimana trend politik di Eropa Barat, rasis kembali muncul di Belanda, Perancis,Swiss dan lain lain.

Jika Trump menang  (77 tahun) , dia akan cenderung lebih dekat pada Vladimir Putin (Usia 71 tahun) daripada Joe Biden (80 tahun) yang saat ini memiliki keterbatasan fisik.

Dalam pilpres 2016 tahun lalu, yang di menangkan Donald Trump atas Hillary Clinton di sinyalir Intelijen Russia banyak membantu propaganda Donald Trump.

Ssat itu, Pentagon mensinyalir para *Hacker Rusia* mengerahkan hampir semua kemampuan mereka untuk meretas Partai Demokrat.

Email-email penting petinggi Partai Demokrat di retas dan di sebarkan ke Wikileaks, untuk memojokkan Hillary Clinton serta Partai Demokrat di mata publik.

Sementara email-email yang berpotensi merugikan Partai Republik dan para kandidat dari partai tersebut tak disebarkan sama sekali.
(Anda patut curiga jika ada info yang diketahui seseorang, dan membongkar rahasia, jangan-jangan dia adalah intel Russia ☠️)

Di sisi lain, Russia pun akan menghadapi Pilpres tahun 2024 ini, banyak pengamat menilai bahwa Vladimir Putin akan kembali menang dengan mudah, akibat kewibawaan Putin di mata rakyat dan dunia luas, dalam perang Ukraine-Russia yang ternyata bisa membawa Russia tetap stabil dalam perekonomian dan politik, bahkan pengaruh Russia di dunia semakin kuat di zaman Putin memimpin, seperti digdaya Russia di Afrika Barat (Negara Ecowas) dan  Afrika Tengah. 
(Baca: "Touriste",Sjamsoel Ridzal, 7Desember 2023 dan baca juga "Indonesia, Go Get it", Sjamsoel Ridzal, 3 Desember 2023)

Demikian juga Taiwan, Portugal, India. Bangladesh (Januari 2024, kembali di menangkan Rezim Petahana) dan lain-lain akan menghadapi Pilpres yang nyaris bersamaan di tahun 2024 ini.

*Apa artinya?*

Artinya, kekuatan-kekuatan politik dan ekonomi dunia akan *saling mengintip* ,dan memastikan kepentingan negara nya bisa berlanjut *(Sustainability Of National Interest)* ,dan memastikan juga, calon pemimpin dari 40 negara yang menghadapi Pilpres tersebut bisa mendukung politik luar negri nya, kelak jika mereka menang.

*Untuk itu, para intelijen sudah sejak beberapa tahun lalu, bergentayangan di negara-negara yang di anggap kunci politik dan perekonomian dunia, termasuk Indonesia*

Itulah mengapa, penulis membuat artikel-artikel geopolitik dunia, bagaimana Pergerakan Russia menebar pengaruhnya di Afrika, RRC menebar pengaruh nya hingga Amerika latin, bahkan *cawe cawe* di sana, menunjukan betapa pengaruh intelijen asing akan mewarnai Pilpres 2024 di banyak negara.

Bagaimana cara kita untuk mengetahui, negara mana yang *cawe cawe* dalam Pilpres di Indonesia, sesungguhnya *bisa kita prediksi dengan mata orang awam.*

Kita bisa lihat *National Interest* negara asing mana yang sangat membutuhkan Indonesia, di situ kita bisa prediksi ada *cawe cawe* secara langsung atau tidak langsung.

Dalam beberapa artikel, penulis justru berharap Indonesia yang akan *cawe cawe* dalam politik negara lain, seperti *Westralia* misalnya, atau saat ini Papua New Guinea yang mengalami kerusuhan akibat protesnya Kepolisian di sana yang konon gajinya di potong, harus nya ini bisa jadi entry point Indonesia untuk menyusupkan intel kita ke sana, dengan *misi melemahkan pertahanan mereka, dalam rangka memecah kekuatan politik mereka di Papua-Indonesia*  Baca:"Westralia, Sjamsoel Ridzal, 3 Oktober 2023)

Sekarang mari kita lihat, kemungkinan negara asing yang sangat berkepentingan dengan Indonesia, misalnya, kita tahu Nikel adalah komoditi Indonesia yang terbesar di dunia, saat ini negara mana yang sangat berminat pada Nikel Indonesia? Jawab nya: Tiongkok.

Suka atau tidak suka, Tiongkok akan mendukung Capres yang bisa menjamin keberlanjutan bisnis Nikel nya di Indonesia, *utang negara kita sudah menjadi lilitan kuat di leher petinggi bangsa, dipastikan mereka akan mengakomodir kepentingan Tiongkok.*  Kira kira capres yang mana, pasti anda sudah dapat menebak bukan?

Bagaimana dengan Freeport?Amerika pasti akan terus berupaya *cawe cawe* agar bisnis nya di Freeport langgeng, artinya Capres mendatang harus bisa memuaskan negara preman ini, ini akan menjadi cerita menarik dalam janji politik para Capres di Indonesia, coba anda *tanyakan saja soal Freeport ini pada ketiga Capres Indonesia, apa janji mereka soal Freeport? Dari situ anda bisa membaca, siapa mendukung siapa.*

Belum lagi negara yang paling banyak berinvestasi di Indonesia, contohnya Singapore: mereka pasti ingin memastikan 1,6 juta Barel per hari (BPH), kebutuhan minyak Republik Indonesia tetap akan tergantung pengolahan nya sebesar 800 ribu BPH crude oil dari Indonesia, akan tetap dilakukan di Singapore, dan sisa 800 ribu BPH lainnya, di import Indonesia, lewat Singapore.

*Itu semua akan menggunakan tangan-tangan pebisnis dalam negri yang sering di sebut Oligarki oleh para pengamat.* Mereka ini pasti akan berusaha melanggengkan bisnis mereka, dengan meyakinkan investasi Singapore di Indonesia akan tetap aman, jika di pimpin oleh Presiden yang mendukung bisnis tersebut.

Cara kerja Intelijen asing ini halus rapi,
Jadi jangan berfikir akan ada orang *bule* wara wiri untuk melakukan spionase.

Tidak, bukan seperti itu cara kerjanya, cara kerja mereka itu seperti yang di uraikan oleh *John Perkins, mantan agen CIA*  dalam bukunya Confession an Economic Hitman, cara kerja mereka adalah mempengaruhi kebijakan pemerintah, agar tergelincir pada kehancuran ekonomi.(Baca: Confession of an Economic Hitman, Sjamsoel Ridzal, 3 Oktober 2023)

Mereka akan mendukung kebijakan pemerintah yang salah, yang menjadi penyebab bangkrut nya negara, dan tergantung utang luar negri.( Baca: Krisis Ekonomi? Sjamsoel Ridzal, 27 Desember 2023)

Akan tetapi terkadang cara kerja mereka bisa kasar juga, misalnya mereka menggunakan tangan pencari suaka yang baru-baru ini marak, untuk menekan Indonesia, dengan memunculkan isu HAM di dalam nya.

Gerakan gerakan intelijen asing itu sebenarnya bisa di antisipasi, jika hanya sebatas tekanan politik dan bantuan finansial lewat oligarki.

*Yang berbahaya itu adalah, secara langsung mereka melakukan penggelembungan suara dan kecurangan yang masif dalam proses pemilu.*

Apakah saat ini sudah ada perangkat lunak dan perangkat keras untuk melakukan penggelembungan suara?

*Jawab nya sudah ada*

Terbukti 54juta DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang bermasalah telah di temukan Timnas AMIN.

Dan lucunya, media mainstream tidak mengekspos potensi kecurangan ini, menurut penulis bisa saja modus yang lebih canggih akan terjadi.

*Bisa saja pelaku kecurangan itu tidak menyadari, bahwa mereka itu di tenggangi untuk kepentingan asing, mereka mungkin hanya berniat untuk memenangkan Paslon yang mereka dukung saja, mereka tidak tahu paslon  yang mereka dukung itu, memang di inginkan menang oleh pihak asing yang berkepentingan di Indonesia.*

https://www.google.com/amp/s/m.tribunnews.com/amp/mata-lokal-memilih/2024/01/19/sambangi-kpu-timnas-amin-bawa-data-54-juta-dpt-diduga-bermasalah

Jika operasi penggelembungan suara ini yang terjadi, kita harus bisa lakukan *kontra intelijen* dalam rangka membatalkan kecurangan itu.

Caranya? Apakah mungkin Indonesia mendekat pada Vladimir Putin (Russia) untuk mengantisipasi pemilu yang curang?

Mengapa penulis berfikir Russia sebagai sahabat dalam mengamankan Pemilu Jurdil di Indonesia? Meski terkesan terlambat, Russia itu adalah negara sahabat yang setia, dimana hubungan kedua negara sejak Jaman Bung Karno sudah terjalin erat.

*Tapi, Russia tidak pernah memaksakan kehendak nya pada Indonesia sebagaimana yang dilakukan Amerika dan Tiongkok yang yang banyak mendikte Indonesia dalam politik dan ekonomi.*

Kedekatan hubungan bisnis Indonesia dan Russia hanya sebatas pembelian senjata, itupun melalui tender formal, lebih dari itu, Indonesia tidak pernah terlibat hubungan politik dan persekutuan ideologis yang terlalu dalam dengan Russia.

Mungkinkah dengan mengenang keakraban masa Sukarno dengan Russia bisa dilakukan untuk mengantisipasi kecurangan Pilpres 2024 di Indonesia?

*Jawabnya : bisa!*
Kuncinya ada di kemauan putra-putri nya bung Karno yang terhimpun dukungan nya dalam salah satu Paslon Capres.

Terlepas dari ide radikal tersebut, seharusnya bangsa Indonesia sadar, sesadar- sadarnya dalam memilih calon presiden di tahun 2024.
Kita harus bisa melihat, calon mana yang di dukung atau mendukung kepentingan oligarki yang merupakan perpanjangan tangan, atau cawe cawe nya asing di negara kita.

*Kita juga harus bisa melihat paslon mana yang membela kepentingan rakyat banyak, caranya yaitu dengan menilai visi misi nya, apakah demi keadilan dan kemajuan bangsa Indonesia atau tidak.

Anda sudah melihat calon yang mendukung rakyat banyak? Demi keadilan dan kemakmuran bangsa? Jika ada, paslon itulah yang harus di dukung *all out* mulai dari kampanye, hingga di TPS-TPS.

Rakyat harus mengawal pencoblosan hingga penghitungan yang akurat dan tercatat di tiap TPS. Mudah mudahan dengan seperti itu akan meminimalisir kecurangan.

Akhirul kalam, apakah Indonesia ini akan di bawa untuk memuaskan negara negara asing, yang saat ini saling intai demi kepentingan mereka dan menggemukan perut para proxy nya di Indonesia? Jika iya...mau di bawa kemana Indonesia ini ke depan nya? (Bahasa latin: Quo Vadis Indonesia?)* itu menjadi tanggung jawab kita semua untuk melawan nya, demi kehidupan yang lebih baik, untuk anak cucu kita dikemudian hari.

*Cerdaslah memilih!*
Redaksi 16/02/2025

Wallahu'alam bisawab
Catatan Sjamsoel Ridzal 24/01/2024
© Copyright 2022 - INTERNATIONALEDITORIAL.COM